Saat saya mengunjungi sebuah sekolah pasca pelatihan “Pelayanan Prima Dunia Pendidikan" ,saya iseng masuk ruang Guru BK,saat saya masuk disambut ramah oleh beberapa guru BK disana ,ada meja untuk konseling ,disebelahnya ada seperangkat komputer dan ada ruang santai yang berisi sofa dan sedang ada aktivitas siswa menikmati “hukuman “ dari guru BK karena beberapa kali terlambat. Tidak nampak ketegangan di wajah anak SMU yang terlambat masuk sekolah itu .Bukan saja "hukumannya mendidik" namun guru BK nya nyaris "sepantaran umurnya" lulusan fresh graduate…seperti kakak adik.
Seiring banyaknya keselutian yang dihadapi siswa atas perkembangan pribadinya,guru bimbingan karir/konseling (BK) dituntut untuk mengoptimalkan fungsi perannya sebagai ajang "curhat" siswa.Bukan saja pada jam sekolah bahkan diluar jam sekolah pun perangkat ICT akan banyak membantu seperti konseling via facebook dsb.
Stigma bahwa guru BK cenderung menjadi" polisi" bagi siswa ,interogator,masuk ruang BK adalah siswa bermasalah semestinya segera berubah dengan repositioning “Guru BK Sahabat Siswa”. Penyebab stigma guru BK dianggap sebagai polisi adalah kerap belum berdaya dan diberdayakan nya guru BK dalam membantu persoalan siswa termasuk merancang karir siswa di masa depan.Selain sebatas menjalankan perintah sekolah atas perilaku buruk siswa sering juga guru BK sendiri memasang wajah tidak bersahabat kepada siswa agar siswa tidak melanggar peraturan."sehingga seumur umur jangan sampai berurusan dengan BK.".di mata siswa
Berangkat dari potret itulah paradigma baru bagi guru BK adalah sahabat siswa. kuncinya menjadikan guru BK tempat siswa " curhat",bertanya ,merancang masa depan nya sekaligus mendapat solusi yang tepat . Mengingat culture siswa adalah enggan face to face interaction maka semestinya guru Bk juga dapat memanfaat ICt seperti jejaring social sebagai media konsultasi dan komunikasi dengan siswanya.
Pada tahap inilah guru BK adalah ‘enthusiastic staff” yang dapat memotivasi siswa untuk tangguh menghadapi tantangan hidupnya.
Untuk mencapai situasi yang ideal ini guru BK dituntut memiliki kompetensi lebih dari cukup dalam soal knowledge,skill sikap mental ,dan juga kemampuan berkomunikasi yang baik ,memiliki pengausaan tehnik konseling yang empati sesuai dengan jenis pelayanan yang akan diberikan Kuncinya jangan sampai siswa justru tidak mendapatkan saluran 'kartarsis "nya pelepasan emosi .Karena hal itu akan membuat siswa mencari jalan keluarnya sendiri yang cenderung negatif..Karena sesungguhnya Guru BK adalah sahabat Siswa
“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar