Rabu, 27 Juli 2011

Profil Kepala Sekolah “FITRA” Untuk “CEPIT”


Kepemimpinan Kepala Sekolah di era saat ini sangat berpengaruh terhadap mutu proses kegiatan belajar mengajar ,mutu lulusan dan kepercayaan masyarakat .Namun dimasa depan ketrampilan manajerial kepala sekolah tidak cukup hanya administrasi dan pelaporan saja .Melainkan sudah mulai memikirkan citra pendidikan,memperbaiki proses internal,membina hubungan jangka panjang dengan stake holder dan investor serta dapat menumbuhkan rasa bermakna dan keterikatan emosi para guru terhadap tugas.

Dalam memulai tata nilai guna mewujudkan visi &misi sekolah seorang kepala sekolah harus membuat formal statement berupa kebijakan atau aturan main yang disepakati bersama.Selanjutnya kebijakan itu di sosialisasika dan di internalisasi dengan berbagai cara seperti keteladanan,pembagian kewenangan dan tugas ,leadership,konsistensi dalam komitmen ,meningkatkan rasa kekeluargaan ,sharing serta membangun kesepakatan dan kesepahaman berbasisi nilai dan budaya unggul dalam pelayanan.

Profil kepala sekolah yang dapat mewujudkan hal tersebut adalah pribadi pribadi yang Fairness,Independency ,Transparancy, Responsibility dan Accountability,(FITRA).

Fairness dimaknai sebagai keadilan dan tidak memihak . Artinya seorang kepala sekolah dapat menentukan kriteria kriteria dalam sebuah aturan main untuk reward dan ganjaran bagi guru,siswa dan dirinya sendiri.

Independecy,kemandirian tanpa campur tangan pihak pihak lain. Sebuah keputusan yang diambil secara mandiri dan berbasis kebutuhan internal akan berdampak positif .Daripada sebuah keputusan yang terlalu banyak pesan sponsor.

Transparancy ,adalah bentuk komitmen untuk memberikan laporan yang terbuka dengan jujur kepada warga sekolah. Keterbukaan dapat memunculkan rasa percaya dan dukungan.

Responsibility ,bukan hanya diartikan sebagai keberanian menanggung resiko yang dihadapi melainkan kecepat tanggapan dalam mengantispasi “musibah “ . Serta kecepat tanggapan dalam memanfaatkan peluang.

Accountability ,segala aktivitas kegiatan sekolah dapat diukur dari kejelasan yang dapat dipertanggung jawabkan oleh kepala sekolah.


Kepala Sekolah yang FITRA akan menciptakan guru dengan budaya focus pada siswa (Costumer focus),handal dalam kompetensi (Excellence) ,Professional (Professionalism ),memiliki integritas (Integrity ) dan bisa dipercaya serta percaya atasan Trust" (CEPIT). Siap..?

Sabtu, 23 Juli 2011

TAHUN AJARAN BARU SEMANGAT PEMBAHARUAN MUTU (Semestinya )



TAHUN AJARAN BARU SEMANGAT PEMBAHARUAN MUTU (Semestinya )

Memasuki tahun ajaran baru, seorang guru harus mengasah kepekaan untuk mulai merancang bagaimana meningkatkan mutu kinerjanya. Saat ini menghadapi siswa tidak lagi merupakan tugas sederhana dan mudah seperti dulu. Tingkat mutu pengetahuan dan gaya hidup siswa mengalami perubahan. Di sisi lain kebijakan tentang standard an kurikulum pembelajaran tidak bisa di duga pula. Akibatnya jika guru tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi guru akan mengalami ketertinggalan dan berdampak pada proses kegiatan belajar mengajar (KBM) serta mutu hasil belajar siswa.

Kalau dulu, cukup hanya buku pelajaran sebagai bahan pembelajaran dalam menyelesaikan tugas dan menjawab soal – soal ulangan. Siswa hanya bisa menghapal teori yang disajikan dengan model pengajaran “guru menerangkan murid mendengarkan”. Kecenderungan ini tidak boleh diteruskan karena kecepatan siswa memperoleh pengetahuan sudah di dukung dengan teknologi. Mereka tenggelam ke dalam lautan informasi bahkan sampai tingkat pribadi dan akan terus berkembang. Semakin banyak pelajar di Indonesia yang terkontaminasi “noda” melalui Chatting atau SMS.
Oleh karena itu guru harus mengejar ketertinggalan dalam menguasai teknologi komunikasi dna informasi (ICT) melalui kursus atau pelatihan berkaitan dengan tugas mendidiknya atau lainnya. Hal ini patut dilakukan demi berbagi wawasan dan melindungi ancaman berbagai kejahatan informasi yang menyerang siswa.

Perubahan gaya hidup siswa dalam bertingkah laku saat ini banyak dipengaruhi beragam budaya tidak “kondusif” sebagai proses mencari identitas diri. Bukan saja dari kelompok anak – anak orang kaya tetapi juga melanda kaum tidak berpunya. Mereka sulit keluar dari budaya “gaul” yang tidak jarang dapat merusak kepribadian dan semangat belajar di sekolah. Bagi guru pengetahuan gaya hidup anak “gaul” masa kini harus selalu ditingkatkan agar bisa menyesuaikan diri dengan mereka sekaligus memberikan arah yang jelas untuk perkembangan kepribadiannya menuju perbaikan dan kemajuan.
Intensitas persaingan sekolah untuk menciptakan komitmen keterhandalan mutu akademik siswa semakin tajam. Berbagai program unik dan inovatif terus dikembangkan. Selain itu adanya keinginan sekolah melakukan pendekatan dengan “Marketing Modern” pun dilakukan. Para pemilik dan kepala sekolah berlomba memajukan periode pendaftaran murid baru kecuali sekolah negeri. Mereka cukup percaya diri memberikan jaminan plus – plus kepada calon siswa selama belajar sampai lulus. Meskipun harga yang dibayar cukup mahal namun peminatnya sangat besar sehingga tutup sebelum pendaftaran tahun ajaran baru yang “resmi” dari pemerintah di mulai. Belum lagi ancaman “Home Schooling” atau anak putus sekolah karena tekanan ekonomi yang dapat mempengaruhi angka partisipasi sekolah. Guru harus dapat memacu semangat peningkatan profesionalitasnya agar supaya dapat memenangkan “persaingan”.

Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan dengan melakukan pendidikan dan latihan secara berkala berkesinambungan. Sebagai professional guru juga diharapkan memiliki kemandirian dalam membangun kompetensinya sendiri. Mulai sekarang seorang guru harus memiliki kualifikasi ilmu dan sertifikasi sesuai jenjang dan kewenangan mengajarnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional.
Tak bisa dipungkiri cukup banyak guru yang belum memenuhi Standar Pendidikan Nasional (SNP) PP 19/2005. Namun dalam rangka menyambut pemerataan mutu tenaga pendidik para guru tersebut tidak boleh berkecil hati sebaliknya harus terus memacu semangat meningkatkan kompetensi dalam tugas melayani kebutuhan pendidikan siswa
.
Paling tidak seorang guru perlu merancang kebiasaan bersikap positif di dalam menjalankan tugasnya melalui “Self Assesment
” sebagai berikut :

Pertama, terbuka terhadap kritik. Seringkali guru cenderung cepat merasa puas dengan metode pengajaran yang dimiliki bertahun – tahun padahal mereka perlu tahu apa saja kekurangan metodenya dan mengapa terjadi hal seperti itu baik menganalisa sendiri atau dari kritik orang lain. Pada saat seperti ini hendaknya guru punya kemauan untuk menyesuaikan tuntutan yang ada.

Kedua, tidak ikut – ikutan “suara” mayoritas. Jangan biarkan pendapat kebanyakan orang tentang mental “gajian” pokoknya kerja pasti dibayar mempengaruhi keputusan sikap guru dalam bekerja. Karena hal ini akan membuat seseorang kehilangan kehormatan dan harga diri. Mempertahankan harkat sebagai pendidik melalui pola pemikiran yang bisa membangun citra professional seorang guru. Kalau perlu raih prestasi gemilang agar keberadaan sebagai guru “Junior” dipertimbangkan.

Ketiga, kemauan keras. Mengubah kebiasaan membutuhkan kemauan keras dan semangat pantang menyerah. Ada ungkapan “ada kemauan ada jalan” alasannya melalui kemauan keras seseorang sanggup menembus berbagai rintangan banyak hal yang bisa dilakukan dan tetap focus pada tujuan. Kebanggaan pada profesi dapat meningkatkan kemauan keras untuk meningkatkan kinerja termasuk mengembangkan pembelajaran kreatif dan inovatif yang dapat menimbulkan rasa senang dalam mencoba sesuatu yangbaru dan disukai, hidup akan berkembang secara dinamis, membangun kebiasaan budaya membaca dapat menambah pengetahuan dan kreativitas seorang guru.

Pada akhirnya tahun ajaran baru dapat membangun semangat pembaharuan mutu agar guru mendapatkan kebanggaan dan kepuasan kerja dari tahun ke tahun.

MENGAJAK SISWA MENEMUKAN KUNCI SUKSES HIDUP


Belajar dari pengalaman dari tokoh – tokoh sukses di dunia mulai dari Thomas Alfa Edison, Bill Gates sampai “Harry Potter” JK. Rowling, dapat diambil kesimpulan bahwa kesuksesan mereka membutuhkan pengelolaan kemampuan semangat pantang menyerah menghadapi tantangan dan peluang. Sekali pun prestasi akademik mereka tidak menonjol di sekolah namun keterampilan pengelolaan diri sendiri yang mereka kuasai dapat mewujudkan “mimpinya” menjadi kesuksesan hidup. Dan itulah kunci keberhasilan mereka menghadapi “kesulitan” yang mereka alami. Berapa pun tingginya ranking di rapormu dan hapalan mata pelajaran yang kamu miliki tidak ada artinya jika kamu tidak dapat mengelola diri dengan efektif. “Teknologi” pengelolaan diri harus kamu kuasai jika ingin mengikuti jejak mereka menemukan “kunci kesuksesan”. Itulah kalimat pengantar saya saat diundang sebagai pembicara pada acara Masa Orientasi Siswa (MOS) di Sekolah Menengah Kejuruan.

Dari pengalaman saya bertemu beberapa mahasiswa menjelang semester akhir banyak diantara mereka tidak mengetahui bagaimana kelanjutan setelah kuliah nanti, karena itu kepada siswa SMK tersebut mereka saya ajak untuk menyadari potensi diri sendiri. Sebagai upaya untuk “meneropong” arah dari kelanjutan hidup pembelajarannya.
Di dalam menyelesaikan tugas belajar seorang siswa ada yang mengandalkan “otot” harus rajin dan tekun supaya berhasil. Selain upaya mereka sendiri tugas orang tua dan guru adalah mengarahkan agar di dalam mengerjakannya dilakukan secara sempurna dan lebih banyak lagi berlatih sehingga terbiasa memberikan yang terbaik dari yang dia bisa. Sedangkan bagi mereka yang mengandalkan “otak” karena dikaruniai Tuhan kecerdasan berpikir dalam menyelesaikan tugas. Dorongan semangat yang dibutuhkan tentu akan berbeda dengan siswa berotot, mereka akan berhasil secara optimal jika mengandalkan imajinasi, informasi dan kreativitas bukan latihan berulang – ulang karena bisa membuat bosan dan enggan menyelesaikannya. Keberhasilan orang tua dan guru mencermati hal ini dapat membantu siswa di dalam menganalisa kemampuan pengenalan diri sendiri.

Keterampilan manajemen waktu adalah persoalan setiap orang yang harus dikuasai mengingat “nilai” waktu amat berharga bagi kehidupan. Membimbing remaja untuk cermat mengelola waktunya sendiri bukan hal mudah, mereka terlalu banyak “keinginan” yang harus dilakukan. Berbicara empat mata dari hati ke hati dengan mengajak mereka mengkalkulasi kegiatan apa saja yang paling menyita waktunya dengan menemukan skala prioritas atas kemanfaatan dapat menghindarkan mereka dari pemborosan waktu untuk kegiatan sia – sia.

Selanjutnya mendampingi siswa untuk tetap berjalan pada jalur pilihan keputusan yang menjadi prioritas kegiatannya akan membuat mereka waspada terhadap “godaan” yang dapat menggagalkan cita – citanya. Membantu mereka menetapkan langkah – langkah dengan urutan yang benar merupakan jalan mendekatkan “mimpi” menjadi kenyataan.
Ekspresi diri merupakan dinamika perkembangan psikologi mereka bimbingan agar terjadi “harmoni” membuatnya dapat diterima lingkupngan dimana dia berada. Berikan kesempatan agar ia memiliki keterampilan berpendapat melalui cara penyampaian dan bahasa yang tepat termasuk menguasai bahasa tubuh merupakan upaya mengasah “soft skill” yang berguna buat masa depan.

Kesalahan terbesar dari manusia adalah tidak pernah belajar dari kesalahan sendiri dan generasi pendahulunya. Mengajak anak didik untuk berani belajar dari kesalahan sendiri maupun orang lain akan melatih mereka untuk dapat berhitung tentang resiko yang diambil sehingga tidak terjebak dengan penyesalan atau putus asa jika menghadapi kegagalan dan kesulitan. Keberhasilan orang sukses di bangun dari kesalahan dan pengalaman gagal berkali – kali bahkan tidak jarang dilecehkan lingkungan. Meski demikian secara umum mereka dapat mengambil keuntungan dari keadaan yang membuatnya putus asa. Dari kemampuan inilah kepandaian mengukur resiko “calculated risk” antara peluang baru dengan perubahan yang terjadi mutlak dibutuhkan. Mereka harus selangkah lebih cepat dari orang lain meraih peluang tanpa peduli beratnya rintangan yang dihadapi karena memang sudah diperhitungkan tidak bakal mencelakakan diri sendiri yang berakibat pada kematian.
Kemandirian amat dibutuhkan dalam memecahkan persoalan hidup. Bekal kemandirian yang mereka miliki di dapat dari pendidikan di sekolah dan di “luar” sekolah yang sejak lama di dapat. Kemandirian yang dilengkapi dengan keyakinan, kerja keras dan di tunjang semangat meraih keberhasilan akan mengantar mereka memiliki “Adversity Questions” yang tinggi sehingga mereka mewarisi semangat pantang menyerah pejuang bangsa ini. Orang tua dan guru yang paling bertanggung jawab menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mewujudkan itu.

Luck occurs when preparation and opportunity meet”, itu berarti keberuntungan seseorang tergantung dari persiapan yang dilakukan seseorang di dalam meraih peluang dengan kata lain bisa dikendalikan oleh diri sendiri. Pelajaran tentang kecerdasan sosial secara nyata melalui keterampilan bergaul, berpikir positif dan bekerja sama merupakan sarana melatih kemampuan siswa beradaptasi yang dibutuhkan dunia kerja.
Tantangan untuk meraih peluang keberhasilan di bidang apa pun sudah begitu canggih dan kompleks, sehingga tak hanya bisa diatasi dengan pendekatan “logika” saja. Konon teori relavitas yang dirumuskan Albert Einstein ternyata bukan melalui eksperimen laboratorium tapi melalui “Class of Insight” alias intuisi yang merupakan bibit kejeniusan dan kreativitas seseorang. Menyediakan kesempatan anak didik untuk gemar bereksplorasi” dengan hal – hal yang baru secara spontanitas, berani mencoba, siap menerima kritik percaya diri dan berpandangan luas. Akan mempercepat mereka memiliki kecerdasan mengelola intuisi.

Menemukan kunci sukses bisa menjadi lebih penting dibanding IQ tinggi dan prestasi sekolah. Dan kadang kala hanya merupakan sikap dasar sederhana yang bisa dikuasai setiap orang terlebih anak muda seperti siswa. Inilah kalimat terakhir saya sebelum menutup seminar yang juga dihadiri guru dan kepala sekolah.

Senin, 18 Juli 2011

Guru Profesional ,Guru Terbaik ..! ,Brand Identity Your School



Guru Profesional itu yang bagaimana Kank Hari…?,Itulah pertanyaan beberapa masyarakat saat saya menjadi nara sumber Zona Edukasi Di Pro 1 RRI.maklum mereka saat ini tidak bisa membedakan antara guru yang sudah mengantongi sertifikasi professional dan tidak. Laporan beberapa teman di daerah ,justru menujukan bahwa guru tunjangan professional sangat tidak professional. Contoh mereka membayar guru bantu untuk tugas kelengkapan administrasi yang menjadi tanggung jawabnya. Dan masih banyak yang lainnya.

Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat atas mutu lulusan,sekolah harus juga ikut meningkatkan mutu pelayanannya.Beragam nya penawaran pelayanan di sekolah seperti sekolah berbasis akhlak ,sekolah berbasis ICT ,sekolah berkarakter dsb.Sehingga masyarakat pun semakin memiliki banyak pilihan.Bagi penyelenggara sekolah ,hal ini menyebabkan persaingan yang semakin ketat,beberapa sekolah swasta berhasil bertahan dan mengalami kemajuan,namun tidak sedikit yang justru tutup.


Sekolah yang berfokus pada kepentingan terbaik siswa menjadi pilihan masyarakat,dalam artian sekolah tersebut dapat memenuhi harapan siswa dan orang tuanya bahkan dapat melampui harapan nya itu. Untuk itu sekolah tidak hanya memiliki positioning yang jelas dan konsisten namun juga harus benar benar tidak mengecewakan siswa dan orang tua nya selama proses kegiatan belajar berlangsung. Sesuai dengan janji yang telah diikrarkan sekolah…!


Menentukan proporsi sekolah terbaik bukanlah hal mudah,mustahil sekolah secara langsung dapat menjadi yang terbaik disegala bidang secara bersamaan karena itulah sekolah harus secara tegas memulai menetapkan seperti apa yang ingin mereka tawarkan dan kembangkan disekolah itu. Menjadi yang terbaik pada proses pembelajaran sehingga mutu lulusan bukan hanya mendapatkan Nilai Ujian Nasional yang nyaris sempurna namun teruji pula kompetensinya,merupakan salah satu pilihan dari positioning strategic sekolah.Pilihan menjadi yang terbaik pada proporsi tertentu akan lebih baik daripada menjadi yang terbaik disegala bidang. Sekolah yang memaksakan diri menjadi yang terbaik disegala bidang berkemungkinan tidak dapat memenuhi janjinya. Disamping sulit di iingat oleh masyarakat.



Sekolah terbaik biasanya dipersepsi pula dengan besarnya pembiayaan ,bahkan pepatah jawa menyebutkan “nggowo rego nggowo rupo “ artinga harga menentukan mutu produk/ layanan. Penetapan harga tentu saja berkaitan dengan mutu layanan apalagi sekolah swasta yang harus “berjibaku’ untuk membiayai sendiri biaya operasional sekolah termasuk gaji guru.Sekolah negeri saja tidak berkutik jika ingin berkreasi melakukan berbagai kegiatan,lantaran larangan keras meminta pungutan kepada siswa, apalagi sekolah swasta . Maka menjadi mustahil bagi sekolah swasta menjadi yang terbaik dalam mutu dengan biaya murah apalagi gratis. Meskipun subsidi silang harus dilakukan untuk pemerataan pendidikan kepada siswa miskin.


Sekolah terbaik dalam proses kegiatan pelayanan pembelajaran semestinya bukan hanya berfokus pada nilai ujian nasional saja. Sebab jika hanya Nilai ujian Nasional saja maka pembelajaran dikelas cukup hanya latihan latihan soal plus trik penyelesaiannya dapat menjamin siswa lulus dengan nilai terbaik. Apalagi jika dilakukan sejak siswa kelas satu hingga lulus. Akhirnya Sekolah tidak ada beda nya dengan Lembaga Bantuan Belajar (LBB).


Menjadi sekolah terbaik dalam mutu pembelajaran harus mengakomodasi keberakatan siswa dan mengembangkannya menjadi prestasi yang memuaskan siswa. Pengalaman belajar yang membuat siswa suka dan akhirnya menguasai ilmu yang diajarkan. Dapat membentuk rasa percaya diri siswa dalam bersaing selama sekolah maupun setelah lulus nanti. Sekolah semacam ini tidak selalu terbaik dalam sarana dan prasarana namun sangat bergantung pada mutu SDM terutama mutu guru.

Sekolah yang berorientasi pada layanan terbaik kegitan pembelajaran ,menyiapkan guru guru terbaik dalam kompetensi akademik,kompetensi kepribadian ,kompetensi pedagogic dan kompetensi social.

Kompetensi Akademik tercermin dari kesesuaian gelar akademis dengan tugas mengajarnya (karir linear ).Dengan memiliki kompetensi akademik guru dapat menyusun persiapan mengajar sesuai standart yang ditetapkan. Kecakapan pengusaan materi pelajaran ,ketepatan memilih metodologi ,alat peraga dan alat evaluasinya .Kecakapan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat menciptakan suasana menyenangkan bagi siswa.Terciptanya suasana kondusif kegiatan pembelajaran dapat membuat guru memiliki objektivitas dalam memberikan nilai peserta didik.


Kompetensi Kepribadian merupakan kompetensi yang tidak boleh ditawar mengingat status peran guru melekat keteladanan ,pribadi yang patut diteladani siswa.Keteladanan dalam disiplin kerja,tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas ,sopan santun,menghargai dan mendengarkan dengan emphatic serta stabilitas emosi selalu menjadi sorotan siswa. Pada sekolah swasta bargaining position siswa dan orang tuanya nyaris setara denagan sekolah,artinya siswa dan orang tua memiliki kesempatan komplain lantaran mereka merasa mengeluarakan beaya mahal.

Memiliki kemauan mendidik dan memotivasi secara tulus kepada siswa .Sehingga siswa betah belajar bersama guru bersangkutan adalah salah satu komponen kompetensi kepribadian guru. Bahkan tidak jarang guru menjadi teman curhat siswa dari berbagai persoalan mulai dari persoalan sekolah sampai persoalan pribadi. Penulis temukan seorang guru yang menggunakan akun facebook sebagai solusi ragam permasalahan siswanya.

Kompetensi Pedagogis merupakan pemahaman wawasan kependidikan seorang guru.kemampuan memahami makna pendidikan secara menyeluruh didalam upaya mendorong siswa berprestasi akademik maupun non akademik, menanamkan nilai nilai karakter dan semangat kebangsaan,cinta tanah air serta persatuan dan kesatuan bangsa. Termasuk memahami, melaksanakan visi dan misi secara relaistis guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah bersangkutan.


Kompetensi Sosial seorang guru ,terlihat dari keikutsertaan secara aktif dalam organisasi profesi ,social,seni budaya dan olah raga,serta berprestasi dalam bidang tersebut.Kemampuan memprakarsai suatu kegiatan ,memiliki sikap inovatif dan menggerakkan siswa untuk aktif membangun kompetensi dan berdaya saing adalah bentuk kompetansi social. Hubungan dengan instansi terkait ,pihak berwenang dan dunia industry adalah kompetensi social guru yang dibutuhkan di masa depan.


Tuntutan professional bagi guru swasta tidak bisa ditawar karena iklim persaingan yang ketat ,walaupun tunjangan sertifikasi professional lebih banyak untuk guru PNS. Namun guru swasta harus professional jika tidak ingin disingkirkan.Bagaimana pendapat anda..?

Menjadi Model Belajar Siswa, Student Insight Approach


Dalam diklat Love Your Parent Insight,diklat agar siswa menghormati dan menyayangi orang tuanya, sempat saya lontarkan angket pertanyaan kepada siswa ,”Guru macam apakah yang paling kalian sukai…?”. ‘Mereka hampir 85 % menjawab guru yang membuat siswa mudah menyerap mata pelajaran saat menerangkan di kelas.Apakah dengan kecakapan mempermudah dalam menyerap pelajaran itu sejalan dengan kompetensi akademik guru…? Tidak selalu…!

Mengingat banyak guru yang pintar tidak selalu dapat komunikatif mempermudah siswa dalam menyerap pelajaran. Yang jelas guru yang disukai siswa tadi adalah guru yang dapat memahami kondisi siswanya sehingga keberadaannya diterima sekaligus memiliki pengusaan ilmu yang memadai. Sehingga bisa mempermudah konsep konsep rumit menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan.

Pemahaman atas diri siswa dalam perilaku belajar nya adalah meliputi semangat siswa dalam kegiatan belajar.Mengingat bahwa setiap orang memiliki rasa ingin tahu sebagai cikal bakal belajar Guru harus mampu mengenali Student Insight dan selanjutnya memberikan keteladanan agar potensi belajar siswa dapat berkembang secara optimal.


Siswa interest jika kegiatan belajarnya dapat menarik perhatiannya,mulai dari pribadi guru,cara penyampaian,metode belajar,sampai kepada keterlibatan siswa dalam pendalaman materi.

Mengajak siswa untuk dapat berimajinasi tentang masa depan melalui ilmu yang dipelajarinya akan membuat siswa bersemangat untuk memperdalam. Kecakapan guru dalam mengolah materi untuk near to future orientation menjadi syarat. Maka guru harus bersemangat untuk memperbaharui pengetahuan atas ilmu yang dimiliki.

Memberikan siswa Challenge baik dalam presentasi maupun karya karya inovatif siswa akan membuat siswa terus berupaya meningkatkan pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menantang …!

Materi pelajaran yang relevan dengan dunia yang di hadapi siswa merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa.Maka guru harus banyak menambah wawasan terutama materi pelajaran yang memiliki nilai relevance .


Materi pelajaran yang disukai siswa dan cara penyampaian yang juga disukai siswa akan mempermudah siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diajarkan.Karena itu jadilah guru yang likeable…

Something new memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa ,karena hal baru selalu ditunggu oleh siswa .Tantangan bagi guru adalah membuat siswa menunggu hal baru yang akan diajarkannya.



Sebagai model belajar bagi siswa seorang guru dituntut untuk menciptakan : Siswa Interest, Near to future orientation, Challenge, Relevance . Likeable and Something new. Sudahkah guru guru kita melakukannnya…!