.Membedah aneka persoalan dunia sekolah berdasarkan kasus nyata , Agar anak anak merasa bahagia dan bersemangat belajar di sekolah ,maka sekolah harus menjadi istana yang membahagiakan. .Sekolah bukan hanya sarana mencapai target kurikulum tapi juga mewujudkan mimpi dan pembelajaran sikap mental anak yang bahagia melalui strategi pembelajaran . Blog ini ditulis oleh Kank Hari Konsultan SDM
Sabtu, 23 Juli 2011
MENGAJAK SISWA MENEMUKAN KUNCI SUKSES HIDUP
Belajar dari pengalaman dari tokoh – tokoh sukses di dunia mulai dari Thomas Alfa Edison, Bill Gates sampai “Harry Potter” JK. Rowling, dapat diambil kesimpulan bahwa kesuksesan mereka membutuhkan pengelolaan kemampuan semangat pantang menyerah menghadapi tantangan dan peluang. Sekali pun prestasi akademik mereka tidak menonjol di sekolah namun keterampilan pengelolaan diri sendiri yang mereka kuasai dapat mewujudkan “mimpinya” menjadi kesuksesan hidup. Dan itulah kunci keberhasilan mereka menghadapi “kesulitan” yang mereka alami. Berapa pun tingginya ranking di rapormu dan hapalan mata pelajaran yang kamu miliki tidak ada artinya jika kamu tidak dapat mengelola diri dengan efektif. “Teknologi” pengelolaan diri harus kamu kuasai jika ingin mengikuti jejak mereka menemukan “kunci kesuksesan”. Itulah kalimat pengantar saya saat diundang sebagai pembicara pada acara Masa Orientasi Siswa (MOS) di Sekolah Menengah Kejuruan.
Dari pengalaman saya bertemu beberapa mahasiswa menjelang semester akhir banyak diantara mereka tidak mengetahui bagaimana kelanjutan setelah kuliah nanti, karena itu kepada siswa SMK tersebut mereka saya ajak untuk menyadari potensi diri sendiri. Sebagai upaya untuk “meneropong” arah dari kelanjutan hidup pembelajarannya.
Di dalam menyelesaikan tugas belajar seorang siswa ada yang mengandalkan “otot” harus rajin dan tekun supaya berhasil. Selain upaya mereka sendiri tugas orang tua dan guru adalah mengarahkan agar di dalam mengerjakannya dilakukan secara sempurna dan lebih banyak lagi berlatih sehingga terbiasa memberikan yang terbaik dari yang dia bisa. Sedangkan bagi mereka yang mengandalkan “otak” karena dikaruniai Tuhan kecerdasan berpikir dalam menyelesaikan tugas. Dorongan semangat yang dibutuhkan tentu akan berbeda dengan siswa berotot, mereka akan berhasil secara optimal jika mengandalkan imajinasi, informasi dan kreativitas bukan latihan berulang – ulang karena bisa membuat bosan dan enggan menyelesaikannya. Keberhasilan orang tua dan guru mencermati hal ini dapat membantu siswa di dalam menganalisa kemampuan pengenalan diri sendiri.
Keterampilan manajemen waktu adalah persoalan setiap orang yang harus dikuasai mengingat “nilai” waktu amat berharga bagi kehidupan. Membimbing remaja untuk cermat mengelola waktunya sendiri bukan hal mudah, mereka terlalu banyak “keinginan” yang harus dilakukan. Berbicara empat mata dari hati ke hati dengan mengajak mereka mengkalkulasi kegiatan apa saja yang paling menyita waktunya dengan menemukan skala prioritas atas kemanfaatan dapat menghindarkan mereka dari pemborosan waktu untuk kegiatan sia – sia.
Selanjutnya mendampingi siswa untuk tetap berjalan pada jalur pilihan keputusan yang menjadi prioritas kegiatannya akan membuat mereka waspada terhadap “godaan” yang dapat menggagalkan cita – citanya. Membantu mereka menetapkan langkah – langkah dengan urutan yang benar merupakan jalan mendekatkan “mimpi” menjadi kenyataan.
Ekspresi diri merupakan dinamika perkembangan psikologi mereka bimbingan agar terjadi “harmoni” membuatnya dapat diterima lingkupngan dimana dia berada. Berikan kesempatan agar ia memiliki keterampilan berpendapat melalui cara penyampaian dan bahasa yang tepat termasuk menguasai bahasa tubuh merupakan upaya mengasah “soft skill” yang berguna buat masa depan.
Kesalahan terbesar dari manusia adalah tidak pernah belajar dari kesalahan sendiri dan generasi pendahulunya. Mengajak anak didik untuk berani belajar dari kesalahan sendiri maupun orang lain akan melatih mereka untuk dapat berhitung tentang resiko yang diambil sehingga tidak terjebak dengan penyesalan atau putus asa jika menghadapi kegagalan dan kesulitan. Keberhasilan orang sukses di bangun dari kesalahan dan pengalaman gagal berkali – kali bahkan tidak jarang dilecehkan lingkungan. Meski demikian secara umum mereka dapat mengambil keuntungan dari keadaan yang membuatnya putus asa. Dari kemampuan inilah kepandaian mengukur resiko “calculated risk” antara peluang baru dengan perubahan yang terjadi mutlak dibutuhkan. Mereka harus selangkah lebih cepat dari orang lain meraih peluang tanpa peduli beratnya rintangan yang dihadapi karena memang sudah diperhitungkan tidak bakal mencelakakan diri sendiri yang berakibat pada kematian.
Kemandirian amat dibutuhkan dalam memecahkan persoalan hidup. Bekal kemandirian yang mereka miliki di dapat dari pendidikan di sekolah dan di “luar” sekolah yang sejak lama di dapat. Kemandirian yang dilengkapi dengan keyakinan, kerja keras dan di tunjang semangat meraih keberhasilan akan mengantar mereka memiliki “Adversity Questions” yang tinggi sehingga mereka mewarisi semangat pantang menyerah pejuang bangsa ini. Orang tua dan guru yang paling bertanggung jawab menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mewujudkan itu.
“Luck occurs when preparation and opportunity meet”, itu berarti keberuntungan seseorang tergantung dari persiapan yang dilakukan seseorang di dalam meraih peluang dengan kata lain bisa dikendalikan oleh diri sendiri. Pelajaran tentang kecerdasan sosial secara nyata melalui keterampilan bergaul, berpikir positif dan bekerja sama merupakan sarana melatih kemampuan siswa beradaptasi yang dibutuhkan dunia kerja.
Tantangan untuk meraih peluang keberhasilan di bidang apa pun sudah begitu canggih dan kompleks, sehingga tak hanya bisa diatasi dengan pendekatan “logika” saja. Konon teori relavitas yang dirumuskan Albert Einstein ternyata bukan melalui eksperimen laboratorium tapi melalui “Class of Insight” alias intuisi yang merupakan bibit kejeniusan dan kreativitas seseorang. Menyediakan kesempatan anak didik untuk gemar bereksplorasi” dengan hal – hal yang baru secara spontanitas, berani mencoba, siap menerima kritik percaya diri dan berpandangan luas. Akan mempercepat mereka memiliki kecerdasan mengelola intuisi.
Menemukan kunci sukses bisa menjadi lebih penting dibanding IQ tinggi dan prestasi sekolah. Dan kadang kala hanya merupakan sikap dasar sederhana yang bisa dikuasai setiap orang terlebih anak muda seperti siswa. Inilah kalimat terakhir saya sebelum menutup seminar yang juga dihadiri guru dan kepala sekolah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar