Senin, 04 April 2011

Menghitung Go To College , Perceived Risk….



Menghitung Go To College , Perceived Risk….



Perceived Risk dalam ilmu marketing dimaknai sebagai tingkat resiko kerugian dari sebuah keputusan dalam memilih sebuah aktivitas. Maka maksud dari sebuah judul diatas adalah menghitung resiko kuliah yang tidak menghasilkan kecakapan hidup setelah lulus.


Banyak mahasiswa ditanya tentang teori yang pernah didapatnya mengatakan :”Sudah lupa tuh,saya hanya menghapalnya saat akan ujian smesteran …?”. Ini menunjukan bahwa waktu yang dibuang untuk sekolah dan kuliah hanya untuk mupang lewat bagi Knowledge. Sedangkan ilmu yang ada tidak member manfaat sama sekali bagi hidupnya. Berarti bahwa “kuliah dipersepsi beresiko tidak membangun kompetensi selama belajar beberapa semester” Go to College Perceived Risk.


Setiap kampus pasti memiliki segudang promo buat bekal masa depan calon mahasiswa. Namun selalu “over promise under delivery “janji saja tanpa bukti.Buktinya angka pengangguran terdidik kian tahun kian bertambah .Jika mau sedikit menhibur diri presentasse mahasiswa yang dapat berprofesi jalur karir linear (sesuai bidangnya ) angkanya cukup memprihatinkan.Maka perceived risk kuliah yang kedua : “Banyak kampus tidak dapat memenuhi pelayanan pendidikan sesuai promonya kepada calon mahasiswa. Tidak ada jaminan janji kampus dapat terbukti “.


Kualitas dosen , sarana dan prasarana belum optimal sebagai sarana mengembangkan kompetensi mahasiswa. Termasuk didalamnya keseimbangan materi kuliah dengan relevansi dunia nyata. Mutu lulusan dan kesesuaian biaya dengan benefit yang didapat. Perceived Risk ketiga :tidak ada jaminan menjadi sarjana memiliki Knowledge yang memadai guna better career and job prospect ‘’


Dengan demikian bagi kampus harus segera melakukan strategi keunggulan bersaing jika ingin mendapatkan trust dari masyarakat .

Berbekal perceived risk tersebut maka dapat disusun kurikulum yang membangun kompetensi dan life skill mahasiswa ;

Pertama ,Kurikulum . sebaiknya disusun sesuai tuntutan jaman disaat mahasiswa telah lulus. Kurikulum harus mampu mengakomodasi perkembangan tuntutan hard skill dan soft skill serta kewira usahaan.

Kedua ,Pengembangan Wawasan Mahasiswa,kampus tepatnya dosen tidak hanya menjadi menara gading iptek ,artinya merasa satu satunya sumber pengetahuan. Mengingat relevansi dunia praktik nyata mengalami percepatan perubahan. Maka Secara periodik mengadakan kuliah umum mengundang para praktisi jika mungkin non akademik yang sudah membuktikan keberhasilannya.

Pertukaran pelajar dan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Luar Negeri akan mambuat mahsiswa memiiki pengalaman & wawasan yang luas.


Ketiga :Pendanaan. Menyediakan berbagai macam bea siswa untuk memotivasi semangat belajar mahasiswa. Perguruan tinggi dapat memanfaatkan dunia usaha ,ikatan alumni dsb, guna memberikan kontribusi beasiswa bagi mahasiswa berprestasi..

Bagaimanapun juga masyarakat masih percaya untuk meningkatkan kulaitas hidup itu melalui Pendidikan Tinggi…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar